Perkara Adat & Syari'at


Sumber Gambar: https://mitra.nu.or.id
Permasalahan antara Adat dan Agama tidak semudah yang Tuan kira. Pelajarilah betul-betul keduanya (Adat & Agama), dan kalau memang menjalankan Syari'at maka tuan amalkanlah Surah Al Maidah Ayat. 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ



Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Qur'an, Surah Al Maidah. Ayat.8)
Langsung mencap Adat itu syirik dan bertentangan dan Syari'ah adalah perbuatan Zhalim. Sama kiranya tuan dengan Kaum SEPILIS[1] yang berpendapat Agama dan Negara harus dipisahkan karena Agama menyebabkan keterbelakangan dalam bernegara.

Dalam kasus Kaum SEPILIS mereka membeo kepada pendapat guru mereka di Barat. Dimana di Barat agama mereka berbeda dengan kita di sini. Tidak hanya itu, adat dan budaya merekapun berlainan pula sehingga tabi'at dan watak masyarakatnyapun berbeda. Sehingga menyamakan kehidupan beragama di Barat dengan kita yang ada di sini merupakan suatu Langkah Dungu yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku terdidik, intelek, atau Tercerahkan.

Dalam kasus Adat kita di Minangkabau, kebanyakan orang Keturunan Minang[2] yang baru belajar agama atau telah lama belajar agama namun sedikit bahkan tidak memiliki pengetahuan mengenai Adat langsung mencap kalau Adat Minang itu Jahiliyah. Mereka berpandangan bahwa Adat Minang itu sama dengan Adat Pulau Seberang yang bercampur antara yang Haq dengan Bathil.

Pandangan serupa itu telah lama terbangun dalam benak mereka karena sama dengan Kaum Sepilis yang membeo kepada Barat. Maka dalam hal ini sekelompok orang yang Ujub membeo kepada kawan-kawan mereka di Pulau Seberang.

Lupa mereka, kalau Islam disana berasal dari Pulau Andalas. Ulama-ulama dari pulau inilah yang menyebarkan agama di pulau itu. Bedanya; Di Minangkabau, Minangkabau Diislamkan. Di Pulau Seberang Islam yang Diadatkan. Maka dalam masyarakat mereka muncul dua istilah yakni Santri dan Abangan. Santri ialah kelompok masyarakat yang mengamalkan Syari'at Islam sedangkan Abangan ialah kelompok masyarakat yang masih memelihara adat jahiliyah yang bertentangan dengan Islam.

Mereka lupa membaca tarikh negeri mereka. Kalaulah tak ada Kaum Putih (Paderi), tentulah Minangkabau ini akan seperti Pulau Seberang. Namun berkat Paderi, Minangkabau Diisilamkan sehingga seluruh Adat itu berasal atau berlandaskan kepada Syari'at.

Lalu kenapa masih banyak adat yang bertentangan dangan Syari'at?

Untuk mempelajari Islam, tuan mesti mempelajari Bahasa Arab. Bukan Bahasa Arab sembarangan melainkan Bahasa Arab Mekah karena Al Qur'an menggunakan bahasa mereka. Bahasa Arab orang Mekah dengan Bahasa Arab negeri Arab lainnya berbeda. Jadi apabila tak faham Bahasa Arab, usah belagak faham agama dan mendakwa Adat Minang itu bertentangan dengan Syariat.

Demikian pula dengan Adat, untuk memahami Adat, tuan mesti tahu, mengerti, dan menguasai Bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau yang mana?

Bahasa Minangkabau Lama. Bahasa Minangkabau orang zaman kini sudah sangat berlainan dengan Bahasa Minangkabau Lama yang dipakai dalam menjelaskan seluruh Kandangan Adat Minangkabau.

Contohnya sahaja, tuan tengok sahaja Bahasa Indonesia orang sekarang dengan Bahasa Indonesia orang dahulu sangat berlainan. Dibaca berulang-ulang baru faham.

Jangan terlalu cepat mendakwa Adat itu Jahiliyah. Jangan-jangan tuan nan Ujub itu yang Jahiliyah. Pelajari betul-betul dan fahami baru selepas itu bercakap.

_________________________

Catatan Kaki:

[1] Sekularis, Pluralis, Liberalis
[2] Sama dengan Islam, Minangkabau bukanlah keturunan melainkan Cara Hidup. Memiliki orang tua Muslim belum tentu tuan menjadi muslim. Untuk menjadi muslim maka hiduplah dalam Syari'at. Demikian juga Minangkabau, memiliki orang tua Minangkabau tidak menjadikan tuan Orang Minang. Untuk menjadi Orang Minang, tuan mesti hidup dalam Adat. Dan adat kita Bersendikan kepada Syari'at.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ kụnụ qawwāmīna lillāhi syuhadā`a bil-qisṭi wa lā yajrimannakum syana`ānu qaumin 'alā allā ta'dilụ, i'dilụ, huwa aqrabu lit-taqwā wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta'malụn Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Referensi: https://tafsirweb.com/1892-surat-al-maidah-ayat-8.html  


Komentar

Postingan Populer